Zat Pengawet Makanan yang Aman
1.Natrium Benzoat
Penggunaan natrium benzoate sebagai pengawet dalam minuman isotonik
harus mengikuti takaran yang dibenarkan. Penggunaan pengawet yang
diizinkan dan takaran yang benar, diharapkan dapat memberikan
perlindungan terhadap konsumen dan kemungkinan penggunaan zat yang
mengandung bahaya. Hak konsumen atas keamanan dan keselamatan terhadap
barang yang dikonsumsi harus dihormati oleh produsen. Lama dan seringnya
mengonsumsi makanan dengan pengawet kemungkinan
menimbulkan terjadinya akumulasi zat-zat tertentu yang bisa memicu reaksi yang menyebabkan sakit.
menimbulkan terjadinya akumulasi zat-zat tertentu yang bisa memicu reaksi yang menyebabkan sakit.
Meski kandungan bahan pengawet natrium benzoat umumnya tidak terlalu
besar, akan tetapi jika dikonsumsi secara terus-menerus akan
berakumulasi dan menimbulkan efek terhadap kesehatan. Penggunaan
pengawet tersebut dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit Lupus
(Systemic Lupus Eritematosus/SLE). Efek samping lain yang bisa timbul
adalah edema (bengkak) akibat dari retensi (tertahannya cairan di dalam
tubuh) dan bias juga karena naiknya tekanan darah sebagai akibat
bertambahnya volume plasma akibat pengikatan air oleh natrium.
Dalam riset yang dilakukan oleh Sheffield University di Inggris
terhadap bahan pengawet makanan dan minuman yang umum digunakan,
menyatakan bahwa natrium benzoat diperkirakan dapat merusak DNA. Hal ini
dikemukakan oleh Pete Piper (professor bidang biologi molekuler dan
bioteknologi) yang telah meneliti natrium benzoat sejak 1999. Ia pernah
menguji natrium benzoat pada sel ragi yang hidup, yang akhirnya
menemukan bahwa substansi tersebut (natrium benzoat) dapat merusak DNA
mitochondria pada ragi. Di dalam tubuh, mitochondria berfungsi menyerap
oksigen untuk menghasilkan energi. Dan bila dirusak, seperti terjadi
pada sejumlah kondisi pada saat sakit, maka sel mulai mengalami
kegagalan fungsi yang sangat serius. Sehingga di dalam tubuh akan
terjadi kerusakan DNA di dalam mitochondria. Dan ada sejumlah penyakit
di mana yang sekarang dikaitkan dengan penyakit Parkinson dan beberapa
penyakit akibat degenerasi saraf.
Natrium benzoat dapat menghambat pertumbuhan jamur yang biasa
ditemukan pada minuman isotonik, maupun minuman-minuman ringan lainnya.
Dampak lain dari natium benzoat pengawet minuman isotonik adalah kanker.
Hal tersebut dikarenakan vitamin C (ascorbic acid) yang ditambahkan
dalam minuman isotonik akan bereaksi dengan natrium benzoat menghasilkan
benzen. Benzen tersebut dikenal sebagai polutan udara dan dapat
menyebabkan kanker.
2.Natrium Klorida atau garam
Telah berabad lampau digunakan hingga saat ini sebagai bahan pengawet
terutama untuk daging dan ikan. Larutan garam yang masuk ke dalam
jaringan dan mengikat air bebasnya, sehingga menghambat pertumbuhan dan
aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir. Produk pangan
hasil pengawetan dengan garam dapat memiliki daya simpan beberapa
minggu hingga bulan dibandingkan produk segarnya yang hanya tahan
disimpan selama beberapa jam atau hari pada kondisi lingkungan luar.
Ikan pindang, ikan asin, telur asin dan sebagainya merupakan contoh
produk pangan yang diawetkan dengan garam.
3.Gula atau Sukrosa
Gula atau sukrosa merupakan karbohidrat berasa manis yang sering pula
digunakan sebagai bahan pengawet khususnya komoditas yang telah
mengalami perlakuan panas. Perendaman dalam larutan gula secara bertahap
pada konsentrasi yang semakin tinggi merupakan salah satu cara
pengawetan pangan dengan gula. Gula seperti halnya garam juga menghambat
pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan
khamir. Dendeng, manisan basah dan atau buah kering merupakan contoh
produk awet yang banyak dijual di pasaran bebas.
4.Cuka
Secara tradisional, cuka dibuat melalui proses enzimatik dengan bantuan bakteri dan difermentasi dari alkohol menjadi asam asetat. Cuka yang telah dikenal sejak ribuan tahun lalu ternyata menyimpan sejumlah manfaat. Selain untuk menambah rasa sedap pada masakan, cuka juga bisa sebagai bahan pengawet makanan.
Secara tradisional, cuka dibuat melalui proses enzimatik dengan bantuan bakteri dan difermentasi dari alkohol menjadi asam asetat. Cuka yang telah dikenal sejak ribuan tahun lalu ternyata menyimpan sejumlah manfaat. Selain untuk menambah rasa sedap pada masakan, cuka juga bisa sebagai bahan pengawet makanan.
Berikut ini beberapa jenis cuka yang biasa digunakan
a.Cuka beras (rice vinegar)
Hasil fermentasi dari beras. Merupakan jenis cuka yang sering digunakan pada masakan timur, seperti sushi. Aroma cuka beras cukup tajam sehingga dimanfaatkan juga untuk menghilangkan bau amis pada makanan.
a.Cuka beras (rice vinegar)
Hasil fermentasi dari beras. Merupakan jenis cuka yang sering digunakan pada masakan timur, seperti sushi. Aroma cuka beras cukup tajam sehingga dimanfaatkan juga untuk menghilangkan bau amis pada makanan.
b.Cuka apel (cider vinegar)
Cuka apel menjadi populer penggunaannya di rumah tangga karena banyak manfaatnya. Selain sebagai penyedap dan penambah rasa alami pada masakan, cuka jenis ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan makanan, seperti daging, sayur, dan acar.
Cuka apel menjadi populer penggunaannya di rumah tangga karena banyak manfaatnya. Selain sebagai penyedap dan penambah rasa alami pada masakan, cuka jenis ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan makanan, seperti daging, sayur, dan acar.
c.Cuka anggur merah (red wine vinegar)
Seperti namanya, bahan dasar pembuatan cuka ini adalah anggur merah. Kualitas cuka anggur merah juga dapat bervariasi, tergantung dari kualitas buah anggur dan lama pembuatannya. Semakin lama proses pembuatan cuka, akan semakin baik kualitasnya. Tingkat keasamannya cenderung lebih rendah daripada cuka apel. Cuka anggur merah sangat cocok dipakai sebagai salad dressing dan bumbu penyedap pada hidangan daging.
Seperti namanya, bahan dasar pembuatan cuka ini adalah anggur merah. Kualitas cuka anggur merah juga dapat bervariasi, tergantung dari kualitas buah anggur dan lama pembuatannya. Semakin lama proses pembuatan cuka, akan semakin baik kualitasnya. Tingkat keasamannya cenderung lebih rendah daripada cuka apel. Cuka anggur merah sangat cocok dipakai sebagai salad dressing dan bumbu penyedap pada hidangan daging.
d.Cuka balsam (balsamic vinegar)
Merupakan jenis cuka yang dibuat dari buah anggur. Namun, yang membedakannya dari cuka anggur adalah proses pembuatan dan bahan-bahan yang digunakan. Selain itu, cuka balsam berwarna coklat kehitaman, sedangkan cuka anggur berwarna kemerahan. Biasanya, cuka balsam digunakan untuk menambah cita rasa pada masakan eropa, khususnya masakan perancis. Rasanya yang sedikit asam dan beraroma sedap membuat cuka ini lebih banyak berfungsi sebagai bumbu daripada cuka.
Merupakan jenis cuka yang dibuat dari buah anggur. Namun, yang membedakannya dari cuka anggur adalah proses pembuatan dan bahan-bahan yang digunakan. Selain itu, cuka balsam berwarna coklat kehitaman, sedangkan cuka anggur berwarna kemerahan. Biasanya, cuka balsam digunakan untuk menambah cita rasa pada masakan eropa, khususnya masakan perancis. Rasanya yang sedikit asam dan beraroma sedap membuat cuka ini lebih banyak berfungsi sebagai bumbu daripada cuka.
5.Sulfur Dioksida (SO2)
Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi.
Sumber:
http://archive.kaskus.us/thread/2890742
0 Response to "Zat Pengawet Makanan yang Aman"
Posting Komentar